mahasiswa blacberry
Apa yang terlintas di kepala kita saat mendengar istilah Mahasiswa Blackberry?, apakah mahasiswa yang jarinya tidak pernah diam menari diatas tombol angka dan nomor blackberry ataukah mereka yang bangga mengantungkan blackberry dileher- lehernya. Mungkin blackberry atau ponsel sejenisnya sudah menjadi ukuran kasta mahasiswa kampus, dengan adanya blackberry serasa kaki lebih menapak di tanah dan lebih kokoh menopang kepala. .mungkin saya harus meminta maaf pada kawan- kawan yang memiliki blackberry, bukan maksud hati untuk mendiskreditkan kawan- kawan hanya ingin sedikit mengerat ilustrasi gaya hidup mahasiswa di era modern ini.
Blackberry bagai sakit mata yang begitu cepat menulari orang orang yang melihatnya, ini bisa karena Indonesia adalah konsumen terbesar ponsel jenis blackberry. Balckberrry hanyalah salah satu produk kapitalis barat diantara jutaan produk kapitalis lainnya yang membuat mata kita silau mannnnn…. Di era modern ini sudahsudah menjadi kesepakatan umum jika semua aspek kehidupan harus mengikuti pada fatwa barat, apapun yang tidak sesuai dengan barat berarti itu salah dan ketinggalan zaman
Mahasiswa juga tidak mau ketinggalan kereta peradaban barat akhirnya ikut juga latah dengannya.bisa kita tengok data BKKBN yang menunjukkan 51% remaja jabodetabek sudah tidak perawan lagidan data ini di dominasi oleh mahasiswi.
Data yang sangat miris jika harus membayangkan yang melakukan itu adalah para penuntut ilmu.
Racun budaya hedonism dan liberalism sukse diinjeksikan kapitalis barat tepat di titik syaraf pusat para mahasiswa saat ini.
Jadilah sekarang mahasiswa yang persetan dengan zaman, yang utama bagi mereka yang penting hura hura dan nikmati masa muda, seakan kata- kata mati itu Cuma mitos. Gelar MAha yang tersemat didepan kata siswa hanya sekedar menunjukkan mereka telah melepas seragam putih abu- abu dan sekarang berada pada kasta pendidikan tertinggi, tidak ada makna saklar dari gelar Maha itu. Sudut- sudut kampus sekarang telah kosong dengan kajian kajian ilmiah dan kritis, malah lebih banyak diisi dengan candaan tak bermakna, tertawa bersama dan tak tahu apa yang harus ditertawakan dari keterpurukan negeri ini. Bukan hanya tingkah mahasiswanya yang sok amerika, tapi intelektualismeyang ditempa di kampus sekarang hanya akan mengarahkan kita pada mentalitas buruh. Intelektual dikejar agar dilirik oleh korporasi besar. Mungkin mentalitas buruh sudah menjadi asas tunggal mahasiswa dinegeri ini, dalam prinsipnya”bisa makan saja sudah syukur” sungguh mental menyedihkan dari penduduk negeri kaya dengan sumber daya alam. Inilah bangunan kehidupan sekuler yang dibangun berdasarkan pemisahan kehidupan denga agama. Sikap membelakangai agama lalu mengarahkan pandangan pada kapitalis demokrasi produksi barat, secara tidak sadar kita sedang mengarahkan langkah kita pada jurang neraka. Sekarang waktunya mengembalikkan peran mahasiswa sebagai pengontrol tatanan social dan pengubah kerusakan zaman. Kita mahasiswa harus mencoba berani untuk mengangkat kaki lalu memutar pandangan kita kembali pada agama. Islam revolusionerlah jawbannya, menata kehidupan sesuai dengan kemauan Allah SWT. Sudah saatnya kini kita kemabli ramaikan kampus dengan gema- gema kajian ilmiah, diskusi kritis , dan obrolan untuk mencari pemecahan pada setiap masalah, tentunya dengan sudut pandang Islam. Saatnya pula menendang jauh- jauh semua budaya kapitalis barat yang sekuler dan menanggalkan predikat mahasiswa blackberry. Semoga ada setitik pencerahan pemikiran yang membuat kita mau untuk menyambut jika datang ajakan, mari bergerak dan merubah